Total Tayangan Halaman

Rabu, 24 Februari 2021

Mau Kasih Judul "Manajemen Konflik" tapi Sepertinya Terlalu Mewah

 

Halo...

Selamat pagi, semoga harimu menyenangkanJ

Ada yang lagi punya banyak masalah? Yok sini kumpul.

Pada dasarnya, Permasalahan/ konflik itu ada untuk dihadapi. Tapi kebanyakan dari kita justru memilih untuk menghindari konflik -termasuk aku- .

Aku menyadari beberapa hal setelah bertapa dalam gua -canda gua!-

Jadi, konflik tuh ada karena ketidakseimbangan.

Ketidakseimbangan ini bisa saja terjadi karena adanya perbedaan kepentingan.

Misal, pas awal masuk kuliah orangtuaku pengen aku ngambil jurusan yang basicnya keagamaan. Tapi, aku pengennya ngambil jurusan artistik -karena pengen jadi seniman wkwk-

Contoh lagi, orangtuaku pengen aku tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren karena mereka merasa kurang mampu mendidikku dalam bidang spiritual dan keagamaan. Tapi aku pengennya berada di lingkungan yang biasa biasa saja, yang menurutku lebih normal –pemikiran macam apa ini?👀

Pokoknya konflik hadir karena adanya ketimpangan.

Ketimpangan merupakan akibat yang lumrah terjadi karena adanya perbedaan. Bisa karena perbedaan persepsi, perbedaan tujuan, perbedaan mindset, dan ribuan bahkan jutaan perbedaan lainnya.

Padahal setiap individu pasti memiliki perbedaan dengan individu lainnya. Bahkan aku dan adikku yang terlahir dari rahim yang sama pun memiliki banyak perbedaan.

Sampai sini mari kita simpulkan bahwa konflik adalah hal natural, alami, yang lumrah terjadi, yang harus dihadapi dan tidak bisa dihindari. Dengan begini, kita akan lebih tenang dalam menghadapi permasalahan.

Nahhh... terus gimana sih cara kita untuk menghadapi konflik?

Ini beberapa tips dari aku yang aku peroleh dari curhatan oranglain, istilahnya “Ilmu Jalanan”

1. Jangan reaktif

Coba kenali dirimu lebih dalam, kamu ngga akan mudah terombang-ambing oleh emosi.

Tenang...

2. Bikin jarak

Dulu pas ujian masuk Universitas, aku terlalu asik ngerjain soal matematika sampai kehabisan waktu dan ada sekitar 30% soal yang ngga kejawab. Nyesel pasti ada, tapi alhamdulillah lolos wkwk XD.

Nahhhh... hal ini juga berlaku ketika kamu menghadapi problem in real life,  kasih jarak antara kamu dengan masalahmu. Problem tetap harus dihadapi dan diselesaikan, tapi kamu jangan terlalu dekat dengan problem itu. Buat seolah masalah kamu adalah pihak ketiga yang ngga begitu penting kehadirannya tapi tetap berpengaruh. Masih ada banyak hal lain yang butuh perhatianmu. Jangan sampai masalahmu itu bikin fokusmu ke hal lain jadi hilang.

3. Cari solusi, tapi woles aja

Terdengar agak aneh, tapi ini berguna.

Solusi yang tepat adalah solusi yang datang setelah kita berhenti sejenak dan melakukan observasi tanpa dicampuri emosi.

Jadi cari sousinya woles aja, jangan dipaksain.

4. Tulis

Setelah menemukan masalah, redam emosi, kemudian tulis semua yang terlibat dalam masalahmu untuk melakukan observasi lebih mendalam.

Tulis semua detail yang berhubungan dengan masalahmu ini.

Kemudian temukan solusi.

Aku mau ceritain pengalaman aku.

Seperti yang udah aku bahas di awal tadi, aku dan orangtuaku punya perbedaan dalam menentukan jurusan di perkuliahan. Orangtuaku pengennya aku kuliah di jurusan yang berbau keagamaan, sedangkan aku pengennya di jurusan yang berhubungan dengan kesenian.

Setelah orangtuaku mengungkapkan keinginannya, aku mencoba untuk tidak reaktif dan tetap tenang. Kemudian, sambil jalan aku mikir kira-kira yang bener-bener aku butuhin tuh apa?

Pelan-pelan cari solusi, terus tulis semua kemungkinan.

Dikasus aku ini, aku mengobservasi egoku, sifatku, kemauanku, kepentinganku, bakatku, mintaku, apa yang bikin aku bahagia, apa yang bisa bikin aku sedih, pokoknya semua yang berkaitan dengan masalah tadi. Kemudian aku ngelakuin hal yang sama untuk kedua orangtuaku, aku observasi mereka, aku kenali lebih jauh jalan pikiran mereka.

Dari observasi tersebut aku menemukan beberapa kesimpulan:

👉Mungkin ada pengalaman gagal di masa lalu, ada ambisi yang tak sempat terealisasi, dan mereka pengen aku bisa merealisasikan ambisi itu.

👉Sebenernya jurusan keagamaan ngga buruk buruk amat, dan bakal berguna banget di masyarakat. Iya ngga?

👉Bagaimana dengan mimpi dan keinginanku?

Sebenernya setelah aku pikir-pikir, misal aku ngambil jurusan seni, mungkin bakalan ngga ada bedanya  antara aku ngerjain tugas dan refreshing. Karena aku suka gambar dan salah satu pelarianku pas banyak masalah ya menggambar. Pokoknya gitu wkwk

Terus gimana solusinya?

Ya gampang!

Bahkan dari kesimpulan yang aku dapatkan pun, aku sudah mencoba berdamai dengan masalahku.

Jadi sekarang aku tetap menuruti keinginan orangtuaku karena aku sadar bahwa mereka lebih tau banyak hal –asam garam kehidupan udah banyak ditelen wkwk dan aku sadar bahwa saran dari mereka juga bagus.

Tapi... untuk melanjutkan mimpiku aku tetap belajar seni lewat media lain. Jaman sekarang ilmu gampang diakses yakan?  Buku banyak banget, media sosialpun bisa digunakan, televisi, radio, bahkan stranger pun secara ngga langsung bisa ngasih kamu ilmu.

Dengan begini, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Aku tetep punya keinginan untuk bekerja di bagian seni kok, dan aku bakalan tetep perjuangin itu.

Gimana?

Seru ngga ceritaku?

Engga ya?

Yaudah.

Intinya, masalah tuh ngga kayak iklan youtube yang bisa diskip gitu aja. (bahkan sekarang banyak juga iklan youtube yang gabisa diskip :D

Pokoknya gitu.

Babai👋

Tidak ada komentar:

Posting Komentar